Sunday 14 April 2013

Perlindungan hukum bagi si imam dalam menjalankan hukuman hadd



Para ulama mazhab berpendapat, bila terjadi kekeliruaan atau kesalahan pada keputusan Qadi dalam masalah hudud dan qisas.

Mazhab Hanafi – hakim yang menentukan keputusan wajib membayar denda atas kesalahannya. Hanya saja untuk membayar denda tersebut si imam boleh mengambil dari kes Negara (baitulmal). Sebab ia hanya berijtihadd yang kebetulan tersalam dalam ijtihaddnya. Dengan demikian pada hakikatnya ia tidak bersalah.

Mazhab Maliki – seorang yang mati ketika menjalani hukuman hadd maka darahnya dianggap sia-sia tidak beerti (haddr), tidak ada yang berkewajipan membayar dhamannya

Mazhab Syafi’e dan Hanbali – dalam contoh kes seperti ini kewajipan dhaman ditanggung oleh kas Negara. Sementara si Qadi tidak terkena kewajipan apapun. Riwayat kedua dalam mazhab ini adalah kewajipan diyat ditanggung oleh Qadi dan ‘akilahnya ertinya darahnya tidak sia-sia begitu saja. Sebab si Qadi berkewajipan menjaga dan memelihara nyawa manusia dalam pelaksanaan hukuman hadd. Contohnya dalam pelaksanaan potong tangan, si Qadi tidak boleh melampaui batas-batas yang telah ditentukan bahkan ia wajib menghentikan darah yang mengalir dengan mencelupkan kedalam minyak yang mendidih misalnya. Kemudian orang yang dihukum tidak boleh dipukul sampai luka-luka yang dapat mengakibatkan kematian.

Dengan demikian, bila terjadi kematian dalam pelaksanaan hadd maka ia tetap dibebani kewajipan membayar diat. Kerana ia adalah penyebab kematian tersebut tidak ubahnya bagaikan orang yang bermaksud membunuh binatang buruan, tiba-tiba yang kena sasaran pelurunya adalah manusia maka yang bersangkutan wajib membayar diatnya.

No comments:

Post a Comment